Sertifikasi Kayu Rakyat Dipermudah

Kementerian Kehutanan didukung para pemangku kepentingan membuat terobosan kebijakan guna mempercepat sertifikasi kayu rakyat sebagai salah satu sumber bahan baku industri yang lestari. Pemilik hutan rakyat cukup membuat pernyataan kelestarian sumber bahan baku sendiri yang akan dievaluasi industry penampung secara periodik.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan Hadi Daryanto bersama Duta Besar Inggris untuk Indonesia Mark Canning meluncurkan Program Multi Pemangku Kepentingan Kehutanan Tahap Tiga di Jakarta, Jum'at (13/6). Pemerintah bekerja sama dengan sejumlah pihak mengembangkan sertifikat kelestarian berbasis lacak balak Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) bersifat wajib yang diterima di pasar 28 negara Uni Eropa.
"Ini terobosan kebijakan untuk memudahkan kayu rakyat diserap industri, diolah dan diespor sebagai produk lestari dengan dukungan dunia usaha. Produk lestari yang terlacak asal usulnya, didukung teknologi citra satelit dan sertifikasi kelestarian, akan menjadi tren pasar yang harus diantisipasi dari sekarang" kata Hadi.
Sertifikat kelestarian produk berbahan baku kayu membuka akses pasar lebih luas sehingga minat investasi hutan tanaman, terutama berbasis rakyat, meningkat. Gairah masyarakat menanam pohon di lahan sendiri membuat pasokan kayu rakyat mencapai 23 juta meter kubik dari kebutuhan nasional 49 juta meter kubik per tahun.
Menurut Direktur Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan Ditjen Bina Usaha Kehutanan, Dwi Sudharto, pemerintah tidak ingin SVLK membebani masyarakat. Sesuai saran Komite Akreditasi Nasional, pemilik hutan rakyat bisa membuat membuat sendiri surat berisi identitas diri, alamat domisili, luas kebun, jenis dan jumlah pohon, serta luas hutannya sebagai pernyataan kelestarian.
Mark mengatakan, Indonesia memiliki hutan yang luas sehingga Inggris mau membantu melindungi terkait upaya mengurangi dampak perubahan iklim dan mendorong penjualan kayu yang lestari.
"Kami yakin dengan sertifikasi ini konsumen lebih yakin membeli kayu Indonesia" kata Mark.
Sumber : Kompas, Sabtu 14 Juni halaman 14.