SVLK Dongkrak Ekspor Mebel

Berbekal Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang makin diapresiasi secara global ekspor mebel dan kerajinan terus tumbuh dan diyakini bisa tembus 2 milair dolar AS.
Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, di Jakarta, Kamis (14/8/2014) menyatakan, SVLK adalah fasilitasi yang diberikan Kementerian Kehutanan untuk mendongkrak daya saing industri mebel dan kerajinan. "Kini semua negara sudah mengakui produk kayu yang dihasilkan Indonesia diproduksi secara legal dan lestari dengan SVLK. Tidak perlu lagi sertifikasi dari pihak lain," kata dia usai melakukan audiensi dengan pengurus Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo).
Devisa ekspor mebel tahun 2011-2013 berturut-turut sebesar 1,76 miliar dolar AS, 1,83 miliar dolar AS dan 1,81 miliar dolar AS. Jumlah tersebut setengah dari total nilai ekspor produk kayu nasional di luar pulp dan kertas. Dengan kandungan lokal hampir 100%, industri mebel dan kerajinan juga menyerap tenaga kerja hampir 4 juta orang.
Kemenhut memberi kemudahan bagi industri kehutanan skala rakyat untuk memenuhi SVLK diantaranya dengan sertifikasi berkelompok dan penggunaan dokumen kesesuaian legalitas yang bebas biaya. Saat ini sekitas 60% industri mebel telah mengantongi sertifikat SVLK. Pemerintah mewajibkan seluruh ekspor produk mebel dan kerajinan telah dilengkapi dokumen SVLK mulai 1 Januari 2015.
Ketua Asmindo, Taufik Gani menyatakan SVLK jelas lebih baik dibandingkan sertifikasi yang dikeluarkan pihak asing. "SVLK dikembangkan oleh bangsa sendiri, jadi tahu persis mana kayu yang legal dan mana yang tidak," katanya.
Dia menyatakan dengan SVLK, penetrasi pasar diharapkan makin kuat. Didukung dengan pulihnya perekonomian Amerika Serikat dan ekspansi pasar di Rusia dan Eropa Timur, Taufik yakin nilai ekspor mebel dan kerajinan bisa terus meningkat. "Tahun ini kami yakin mencapai 2 miliar dolar," katanya.
Untuk memperluas pasar Asmindo kembali akan menggelar pameran IFFINA (International Furniture and Craft Fair Indonesia), Maret 2015. Pameran tahunan ini diharapkan akan dihadiri 4.500 buyer dari 100 negara. Pameran yang memasuki tahun kedelapan itu menargetkan transaksi 600 juta dolar AS.
Taufik menegaskan dengan keunggulan bahan baku dan budaya yang dimiliki Indonesia, industri mebel seharusnya bisa memainkan peran lebih besar di pasar global. Saat ini pasar furniture dan kerajinan global bernilai hingga 440 miliar dolar AS. "Kami akan memulai revitalisasi dan bergerak menjadi industri kreatif dengan mengandalkan desain-desain baru," kata Taufik.
Sumber: Agro Indonesia (19-25 Agustus 2014)